Laman

Selasa, 24 Januari 2012

Membaca

Siswa mampu membaca bukan karena secara kebetulan atau didorong oleh 
inspirasi, tetapi karena diajari. Membaca bukanlah kegiatan alamiah, 
tetapi seperangkat komponen yang dikuasai secara pribadi dan bertahap, 
yang kemudian terintegrasi dan menjadi otomatis. Dalam hal ini William 
S. Gray (dalam I Gusti Ngurah Oka 2005: 34) menekankan bahwa membaca 
tidak lain daripada kegiatan pembaca menerapkan sejumlah keterampilan 
mengolah tuturan tertulis (bacaan) yang dibacanya dalam rangka memahami 
bacaan.
Dalam proses pembelajaran biasanya seorang pembelajar merasakan 
nikmatnya membaca bukan hanya sebagai peristiwa pemecahan kode, tetapi 
lebih sebagai penerimaan pengetahuan dan kebahagiaan. Orang seperti akan
 tampil tenang dan matang karena memiliki berbagai pengalaman tambahan 
seperti ia bisa menikmati dari bukan hanya fiksi tetapi juga non fiksi 
yang dibacanya. Ditinjau dari segi anak kemungkinan mereka menemukan 
kegembiraan tetapi sangat bergantung pada asuhan dan arahan para orang 
tua dan guru.
teknik yang sering kali berbeda dari orang ke orang. Riris K. Toha 
Sarumpaet (Gramedia, cet. 51, 2005) mengatakan bahwa:<br>
Yang pertama berkaitan dengan jenis serta ketepatan kwalitas penerangan 
dan yang kedua mengenai postur serta cara duduk bahkan penentuan jarak 
dan letak buku. Sambil melorot, melingkar, membungkuk, atau berbaring 
dan bersantai bukanlah cara yang tepat. Buku sebaiknya berada pada sudut 
450 dari mata.

1 komentar: