Siswa mampu membaca bukan karena secara kebetulan atau didorong oleh
inspirasi, tetapi karena diajari. Membaca bukanlah kegiatan alamiah,
tetapi seperangkat komponen yang dikuasai secara pribadi dan bertahap,
yang kemudian terintegrasi dan menjadi otomatis. Dalam hal ini William
S. Gray (dalam I Gusti Ngurah Oka 2005: 34) menekankan bahwa membaca
tidak lain daripada kegiatan pembaca menerapkan sejumlah keterampilan
mengolah tuturan tertulis (bacaan) yang dibacanya dalam rangka memahami
bacaan.
Dalam proses pembelajaran biasanya seorang pembelajar merasakan
nikmatnya membaca bukan hanya sebagai peristiwa pemecahan kode, tetapi
lebih sebagai penerimaan pengetahuan dan kebahagiaan. Orang seperti akan
tampil tenang dan matang karena memiliki berbagai pengalaman tambahan
seperti ia bisa menikmati dari bukan hanya fiksi tetapi juga non fiksi
yang dibacanya. Ditinjau dari segi anak kemungkinan mereka menemukan
kegembiraan tetapi sangat bergantung pada asuhan dan arahan para orang
tua dan guru.
teknik yang sering kali berbeda dari orang ke orang. Riris K. Toha
Sarumpaet (Gramedia, cet. 51, 2005) mengatakan bahwa:<br>
Yang pertama berkaitan dengan jenis serta ketepatan kwalitas penerangan
dan yang kedua mengenai postur serta cara duduk bahkan penentuan jarak
dan letak buku. Sambil melorot, melingkar, membungkuk, atau berbaring
dan bersantai bukanlah cara yang tepat. Buku sebaiknya berada pada sudut
450 dari mata.
look at this web-site dildo,japanese sex dolls,male sex dolls,dog dildo,wholesale sex toys,wholesale sex toys,dildo,wholesale sex toys,vibrators like it
BalasHapus